hitam ke
putih? gelap ke cerah?dengan tibe2 aku cube merungkaikan entri tentang warna hitam dan putih...perlukah warna itu didiskriminasi..huhuhu...kesian si hitam..selalu saja si putih mendapat nama..disanjung dan dipuja..si hitam bagaimana?sedihnya hidup si hitam hanya hidup dalam angan utk jd spt si putih... kata org, nk jd hitam senang...nk jd putih susah.. sbb? nk jd hitam, duduk je kt tgah panas bbrape ketika..da hitam la..nk putih?susah! nk kne tonyoh itu dan ini..product tu n ini..tu pun klau bley putih...klau tak..hm...
tengok sj la watak dalam drama2...siapa yang biasanya pegang watak antagonist? kalau bkan si hitam... lalu..penonton pasti membenci dengan watak itu. terus si hitam dilihat melalui kaca mata hitam-perspektif negatif mungkin. tak pun, penah kew kamu2 smua jumpa produk kcantikan yang bley wt kulit yang hitam jd lagi hitam? laa...law ada pn,
beranikah kamu membelinya?! +.+lagi....si hitam slalu di anak tirikan.. hujah ibu-ibu (biasanya) di bawah lembayung kata:
" sayang, jangan maen bawah matahari tengah2 panas ni.. nanti kulit kamu gelap.jadi hitam mahu? kalau nk maen jg, pkai sun burn..."
seolah kulit hitam itu buruk, membawa penyakit, sehingga lebih penting punya anak berkulit putih daripada membiarkan kesenangannya bermain.
kesian si hitam..slalu didiskriminasi.slalu dibanding beza dengan si putih.bukan pun dia minta begitu.tapi sudah nasibnya itu.mujur ada kisah sahabat.terubat juga la hati si hitam yang sebak. jadi pembakar
semangat!
*******
kisah Amru bin Ash ketika hendak menyeru Mesir kepada Islam. Muqauqis, raja Mesir kala itu, mengirim utusan kepada Amru, meminta agar mengirimkan utusan untuk berunding dengannya. Amru bin Ash pun memilih Ubadah bin Shamit yang berkulit hitam sebagai pemimpin dari sepuluh delegasi yang ia utus untuk berunding dengan Muqauqis.
Tampaknya Muqauqis menderita penyakit diskriminasi ras. Tatkala kesepuluh delegasi tersebut masuk menghadap, Muqauqis merasa risih melihat orang yang berkulit hitam seperti Ubadah bin Shamit berada diantara mereka. Ia berkata, “Jauhkan si hitam ini dariku! Majulah seorang yang berkulit putih agar berbicara denganku!”
Namun yang lain menjawab, “Dialah ketua kami, pimpinan kami, orang yang paling utama, orang yang paling berilmu dan paling baik diantara kami, serta paling dicintai oleh Nabi kami.” Diantara kesepuluh delegasi tersebut, memang Ubadah bin Shamit yang paling utama.
Muqauqis pun merasa heran. “Apakah kalian lebih mengutamakan si hitam ini?” katanya.
Mereka menjawab, “Nabi kami SAW telah mengajarkan kami bahwa tak ada kelebihan orang Arab atas orang bukan Arab, tidak pula orang berkulit putih atas yang berkulit hitam, kecuali dengan taqwa.”
Lalu Muqauqis berkata, “Majulah engkau wahai orang hitam, dan janganlah berkata kasar kepadaku, sebab aku takut padamu!”
Kemudian majulah Ubadah bin Shamit dan berkata, “Wahai raja! Jika engkau takut kepadaku, maka ketahuilah bahwa dalam pasukan kami ada seribu orang hitam yang lebih hitam dariku. Mereka sedang menunggumu di luar kemah ini.”
Islam tidak pernah memandang orang berkulit hitam sebagai warga kelas ke-dua. Muslim telah mengangkat orang-orang berkulit hitam dalam posisi-posisi penting jauh sebelum orang berkulit hitam memperjuangkan kesetaraan ras di Amerika. Equality dalam Islam merupakan equality yang konstitutif dan praktis, bukan sekadar motto ataupun slogan kosong yang digembar-gemburkan. Wallahu a’lam.
(Sumber: Amru Khalid, Silsilah Hidayah)
*******
Apakah yang salah dengan kulit gelap atau hitam? When I was born, I was black. When I grow up, I’m black. When I’m ill, When I die, I’m black. But you – When you’re born, you’re pink. When you grow up, you’re white. When you’re ill, you’re green. When you go out in the sun, you go red. When you’re cold, you go blue. When you die, you’re purple. And you have the nerve to call me Colored?
( Malcolm X, pejuang penghapusan diskriminasi warna kulit di Amerika Syarikat)
